To My First Love

kiREI
7 min readSep 9, 2023

--

Akhir pekan tiba, Sakhiel menjemput Skyla pada sore hari untuk membawanya ke suatu tempat yang pernah ia janjikan. Akan tetapi, Skyla tidak tahu apa tempat yang akan Sakhiel tunjukkan padanya.

Selama di perjalanan, Skyla tak berhenti bertanya ke mana mereka akan pergi. Ia sangat penasaran karena Sakhiel tiba-tiba ingin mengajaknya ke suatu tempat tanpa memberitahu tempat apa itu.

Hari itu sangat cerah dan langit biru di atas sana terlihat indah. Sakhiel melajukan mobilnya ke pusat kota di mana banyak gedung-gedung pencakar langit di kanan kiri mereka.

“Sepi banget, deh, aku nyalain lagu, ya,” ujar Skyla kemudian menyambungkan Bluetooth dari ponselnya ke audio mobil. “Nih, aku lagi suka lagu RC yang ini.”

“RC tuh singkatan Reality Club, ya?”

Skyla mengangguk semangat. “Kamu harus dengerin semua lagunya, terutama lagu Alexandra sama Love Epiphany.”

“Alexandra yang waktu itu pernah aku nyanyiin, kan?”

“Ah, udah gak usah dibahas. Sekarang kita mau ke mana? Please, kasih tau aku,” mohon Skyla menghadap ke Sakhiel dengan tangan yang menyatu di depan wajahnya.

“Tuh di depan.” Tangannya menunjuk salah satu tempat yang terdapat spanduk besar di depannya seperti sedang ada acara besar di sana.

Semakin dekat, semakin terlihat jelas kalau di tempat itu ada sebuah festival tepatnya festival musik. Jadi, kemungkinan besar Skyla akan dibawa ke festival musik oleh kekasihnya.

“Khiel, yang benar aja. Festival musik?” Sakhiel mengangguk seraya mencari parkir untuk mobilnya. Ternyata sudah dimulai dari beberapa menit yang lalu, mereka terlambat tapi itu tidak masalah. “Kita telat, ya? Eh, tiketnya dari mana? Aku, kan, gak beli tiket buat nonton konser ini. Terus artisnya siapa aja? Aku gak sempat baca di banner tadi.”

“Gak apa-apa. Turun, yuk.” Mereka pun turun dari mobil. Sakhiel menghampiri Skyla dan langsung meraih tangan gadis itu tanpa mengatakan sepatah kata pun. Ia membawanya ke dalam venue. Belum terlambat karena musisi yang ditunggu-tunggu masih belum muncul. “Coba tebak kita mau nonton siapa?”

“Tulus? Nadin Amizah? MALIQ & D’Essentials? Atau artis-artis dari Indonesian Idol? Tiara, Mahalini, Ziva, Lyodra? Siapa, sih?” Skyla makin penasaran karena respon Sakhiel hanya menggelengkan kepala.

“Ada, sih, dari beberapa yang kamu sebutin. Tapi, yang paling kita tunggu-tunggu ada yang lain. Yang paling kamu suka.”

Mata Skyla berbinar-binar dan mulutnya terbuka lebar menduga tebakannya kali ini pasti benar. Jika benar itu akan membuat Skyla senang bukan main. “REALITY CLUB?” tebaknya dengan suara yang kencang karena terlalu bersemangat.

“Nice!” Sakhiel mengacungkan jempolnya ke depan wajah Skyla. Gadis itu semakin senang sambil melompat-lompat kegirangan. Untung saja di luar venue sepi karena semuanya sudah ada di dalam. Tidak lama dari itu ia tiba-tiba berubah menjadi lesu dan terlihat sedih. “Aku gak beli tiketnya… kamu gak kasih tau, sih, kalau ada konser RC.”

Mendengar itu Sakhiel hanya tersenyum tipis lalu mengeluar dua lembar tiket. “I bought two tickets. For me and you.

“SERIUS?”

Yes. Udah ayo masuk.”

Keduanya sangat menikmati festival musik itu. Apalagi Skyla yang memang berkeinginan untuk menonton festival musik, akhirnya ia bisa mewujudkan keinganannya dengan Sakhiel yang saat ini telah menjadi kekasihnya. Skyla sangat beruntung dengan Sakhiel di sampingnya. Ia selalu merasa aman, bahagia, dan selalu diperlakukan dengan baik oleh lelaki itu. Walaupun di sini yang paling tua adalah dirinya, tapi tak dapat dipungkiri bahwa Sakhiel lebih dewasa dari Skyla.

Sampai akhirnya yang ditunggu-tunggu memunculkan diri mereka di atas panggung. Skyla berteriak kencang, ia tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Skyla berharap lagu Love Epiphany ditampilkan oleh mereka di festival musik kali ini.

Skyla terus berteriak dan bernyanyi sepanjang mereka menampilkan lagu. Kalau lagu Reality Club mah Skyla udah khatam kayaknya. Sampai-sampai Sakhiel hanya terkekeh gemas melihat tingkah Skyla yang begitu bersemangat. Skyla hanya fokus menonton dan bernyanyi tanpa merekam momen itu menggunakan ponselnya. Ia bahkan tak ingat kalau ternyata ponselnya ada di tas selempang kecilnya.

Penonton saat itu sangat ramai, tetapi di tempat Sakhiel dan Skyla masih ada ruang yang kosong sehingga tak terlalu berdempetan dengan orang lain.

“Khiel, lagu ini gerakannya lucu banget, tau. Nanti ikutin aku, ya!”

Sakhiel tersenyum dan mengangguk. Apapun untuk perempuannya.

Masuk pada reff kedua, Skyla mulai menggerakkan tangannya sama seperti penyanyinya di atas panggung sana. “Ayo ikutin, Khiel!” Sakhiel yang tidak tau apa-apa hanya mengikuti gerakan Skyla.

Dimulai dari menunjuk ke depan kemudian memutar-mutar kedua tangannya di depan dada dilanjut dengan menunjuk diri sendiri menggunakan kedua jempol. Setelah itu mengangkat kedua tangannya sejajar dengan bahu seperti sedang kebingungan, sesuai dengan liriknya ‘What can i do?’ lalu menunjuk kepalanya dengan satu tangan dan siku yang bertumpu pada tangan lainnya pada lirik ‘What shoul i do?’, dan seterusnya hanya mengikuti Sang penyanyi.

Dan inilah saat yang ditunggu-tunggu. Love Epiphany. Tadi sempat didengarkan di dalam mobil.

Sakhiel merangkul tubuh Skyla sembari menikmati lagu yang disukai Skyla. Lagu dengan suasana mirip lagu-lagu Disney. Kata Skyla kalau dengerin lagu ini serasa jadi orang paling bahagia, paling jatuh cinta, dan sebagainya. Karena lagu ini menceritakan tentang seseorang yang sedang jatuh hati dan sedang berusaha untuk mendekati sang pujaan hati.

Hari yang begitu menyenangkan sampai tak sadar malam hari telah tiba. Festival musik baru saja selesai. Skyla masih mengingat dengan jelas bagaimana keseruannya tadi ketika musisi favoritnya ada di atas panggung.

“Mau jalan-jalan dulu?” tanya Sakhiel yang dibalas anggukan oleh Skyla.

“Tapi jalan kaki, ya. Karena lagi di pusat kota, aku lagi pengen keliling liat city lights sambil jalan kaki.”

Anything for you, Princess.”

Skyla terkekeh mendengar Sakhiel memanggilnya dengan sebutan Princess.

Mereka berjalan dan mengobrol apa pun yang ada di pikiran mereka. Obrolannya selalu diselingi dengan canda dan tawa. Keduanya sama-sama beruntung. Sakhiel beruntung karena akhirnya berhasil melawan rasa gengsinya untuk mendekati Skyla. Dan Skyla jelas beruntung karena Sakhiel selalu mencintainya dengan tulus, selalu membuat nyaman dan bahagia, selalu memberi solusi dan menemaninya ketika Skyla sedang kebingungan dan hampir kehilangan arah.

Skyla mungkin sebelumnya sulit untuk percaya kepada laki-laki. Kecuali Karel yang pada dasarnya mereka berteman dekat dan mengenal satu sama lain. Tapi, Skyla tidak pernah menyimpan perasaan Karel begitupun sebaliknya. Pertemanan perempuan dan laki-laki tidak semuanya selalu melibatkan perasaan, karena buktinya ada yang murni berteman seperti mereka berdua.

Dari awal kenal, Sakhiel selalu ada untuk Skyla. Apa pun yang Skyla butuhkan, pasti Sakhiel membantu. Selain itu, Sakhiel juga tidak pernah terlihat dekat dengan perempuan lain selain dirinya. Mungkin ada Kanaya tapi Sakhiel selalu menghindarinya karena menurutnya kalau dia sedang menyukai seseorang itu tidak seharusnya dekat dengan perempuan lain.

“Kak, kamu belajar sekeras itu… beneran mau masuk UNDIP?” tanya Sakhiel sambil menggandeng tangan Skyla.

Skyla menggeleng. “Aku bingung, Khiel.”

“Kenapa?”

“Kalau aku ke UNDIP, kita bakal susah ketemu, dong?”

Sakhiel tersenyum simpul. “Masa mau nyerah cuma karena hubungan kita? LDR gak sesulit itu, kan?”

“Ngeremehin banget, sih. Emang kamu kuat nahan kangen?” Sakhiel hanya mengedikkan bahunya tak bisa menjawab. Ya, menurutnya selagi bisa saling bertukar kabar kenapa nggak bisa?

Keduanya terus berjalan di atas trotoar di pinggir jalan raya. Mengobrol sampai lupa bahwa mereka telah jauh dari tempat festival musik tadi. Sedangkan mobilnya terparkir di sana.

“Kayaknya aku mau kuliah di sini aja.” Sakhiel baru membuka mulutnya untuk berbicara. Namun, Skyla kembali membuka suara, “bukan karena kamu. Aku pikir lebih baik di sini, dekat sama keluarga, sama teman-teman, sama kamu juga. Aku belum kebayang aja kalau aku di Semarang, aku sama siapa di sana? Kalau mau minta bantuan pas baru pindah harus ke siapa? Gak mungkin ke Kak Sean, kan?” kekeh Skyla setelah menyebut nama Kak Sean.

“Kan, bisa beradaptasi. Nanti juga kamu kenal orang-orang di sana, kamu dapat teman baru. Mungkin tetangga baru juga. Kan, seru, tuh, kenalan sama orang baru,” ujar Sakhiel masih meragukan kalau Skyla tiba-tiba berubah pikiran dari impiannya sejak SMP. “Kamu mau nyerah gitu aja sama impian kamu sejak dulu?”

“Bukan gitu. Gimana, ya… aku susah jelasinnya. Pokoknya aku gak jadi ke UNDIP. Semarang terlalu jauh…”

“Aku bisa antar kamu ke sana. Bantu kamu pindahan. Bantu kamu buat adaptasi sama orang-orang di sana.”

Skyla mengembuskan napasnya. Lanjut berjalan dengan kaitan tangan yang tak kunjung lepas, bahkan semakin erat. “Aku udah pikirin ke depannya mau gimana. Jadi, kamu cukup temenin dan lihat proses aku, gimana?”

Awalnya Sakhiel tak percaya gadis itu tiba-tiba berubah pikiran dari tujuan sebelumnya. Tapi, melihat wajah Skyla yang terlihat serius, Sakhiel pun percaya dan tersenyum seraya mengusap lembut kepala Skyla.

I will always accompany you and see all your processes. Bertahan sampai tahun depan, ya. Aku di sini, selalu di sini, di samping kamu. Kemana pun tujuan kamu nanti dan apa pun hasilnya jangan pernah lupain proses dan usahanya. Ingat itu.”

Ay, Ay, Captain!” seru Skyla sembari memberi hormat kepada Sakhiel dan dibalas kekehan gemas dari laki-laki itu.

Rasanya baru sebentar mereka berjalan kaki dari festival musik sampai sejauh ini. Skyla merasa sangat bahagia, kalau disuruh memberi rating untuk hari ini mungkin bisa saja infinity atau tak terbatas alias hari ini merupakan hari terseru yang pernah Skyla alami.

Tak pernah menyangka adik kelas yang tak sengaja ia lihat di acara pertandingan antar kelas itu hari ini telah menjadi miliknya. Tak pernah menyangka juga kakak kelas yang disukainya dari SMP akhirnya berhasil dimiliki seorang Sakhiel.

Semuanya berawal dari pekan olahraga antar kelas. Jika saja tidak ada acara itu, kemungkinan besar mereka tidak akan seperti ini sekarang. Skyla tidak akan pernah mengenal Sakhiel. Dan Sakhiel akan selalu memendam perasaannya tanpa berani bergerak duluan.

Malam itu, kedua insan yang tengah jatuh hati saling mengaitkan tangannya. Berjalan tanpa arah di bawah lampu-lampu yang menerangi jalan raya juga bintang-bintang yang bersinar di langit gelap merupakan saksi bahwa dua remaja ini saling mencintai satu sama lain dan detik ini hati keduanya berdebar tak karuan.

From me to you. My first love. Amara Skyla.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

No responses yet